Prakata

Wellcomezz
Makasih banyak dah ngunjungin blog kami..
mudah2an ada informasi yang bermanfaat dari Blog ini.
Peace n AlwaYs ------ Say No To Drugs n Stop Global Warming!!!!!!!

Selasa, 03 Juni 2008

Jurnal Penelitian Malaria

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN MALARIA DI PUSKESMAS TARAILU

KECAMATAN SAMPAGA KABUPATEN MAMUJU

(FACTOR OF WHICH DEAL WITH EFFICACY OF MALARIA MEDICATION IN PUSKESMAS TARAILU OF SAMPAGA SUBDISTRICT, MAMUJU REGENCY)

PENULIS

Hadzmawaty Hamzah

Prof. Dr. A. Arsunan A , M. Kes.

Dr. drg. H. A. Zulkifli Abdullah, MS.

ALAMAT KORESPONDEN

Kompleks Bumi Tirta Nusantara II Blok H No. 1, Makassar

Telp. (0411) 453145

Hp. 081355417026

e-mail : ammapoenya_imel@yahoo.com

BAGIAN EPIDEMIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2008

ABSTRAK

Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan adalah penyakit malaria. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Di Indonesia pada tahun 2005 angka kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor biaya penunjang, kepatuhan minum obat serta gambaran fasilitas kesehatan dan pengetahuan petugas kesehatan dengan keberhasilan pengobatan malaria. Metode penelitian adalah Cross Sectional Study. Populasi adalah penderita malaria dalam 6 bulan terakhir pada tahun 2007 yang tercatat di Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamujusebanyak 325 orang dan 25 orang petugas kesehatan. Metode pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling. Sampel adalah penderita malaria yang mengikuti program pengobatan gratis yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Tarailu, dengan kriteria sampel yaitu penderita yang berusia di atas 15 tahun dan dalam keadaan sadar sebanyak 176 orang dan 25 orang petugas kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan 15 hari dari tanggal 3 Januari – 15 Maret 2008.

Hasil Penelitian variabel yang merupakan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan yaitu biaya penunjang dengan nilai p = 0,02, dan kepatuhan berobat dengan nilai p = 0,03, sedangkan faktor pelengkap yang merupakan faktor penunjang. Dimana pengetahuan petugas yang dikategorikan tahu sebesar 76% dan fasilitas kesehatan yang dikategorikan memadai sebesar 68%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada pihak Pemerintah setempat agar pada wilayah yang jauh dari sarana kesehatan dan di daerah yang jalur transportasi tidak lancar ditambahkan sarana kesehatan. Selain itu untuk menunjang keberhasilan pengobatan diperlukan dukungan keluarga agar penderita memiliki kepatuhan yang tinggi dalam meminum obat. Di samping itu, agar pengobatan yang dilakukan lebih efektif di sarankan kepada petugas kesehatan agar menggunakan pemeriksaan DDR di laboratorium sedangkan sarana kesehatan yang tidak memiliki laboratorium agar diadakan pelatihan dan pendidikan bagi petugas yang bertugas di sarana kesehatan tersebut.

Daftar Pustaka (28, 2000-2007)

Kata Kunci : Malaria, Keberhasilan Pengobatan Malaria

ABSTRACT

One of contagion becoming global problem in the field of health is malarian ailment. This disease groan at least 350-500 million people every year and hold responsible to death of about 1 million people every year. Estimated still about 3,2 people milliard live in area of endemis malaria. In Indonesia on the year 2005 number of occurence of Malaria case show the compared to same tendency in the year 2004 that is equal to 0,51 thousandth of resident, while number of klinis malaria of equal to 23,8 thousandth of resident.

This Research target is to know the relation of factor of supporter expense, compliance take medicine and also picture of facility of health and knowledge of health worker with the efficacy of malaria medication. Research method is Cross Sectional Study. Population is malaria patient in last 6 month in the year 2007 noted in Puskesmas Tarailu of Subdistrict Sampaga, Regency Mamuju as much 325 people and 25 people of health worker. method of Intake sampel that is Simple Random Sampling. Sampel is malaria patient following free medication program staying in region work the Puskesmas Tarailu, with the criterion sampel that is patient which have above age to 15 year and in one's sober senses as much 176 people and 2 5 people of health worker. This research is executed by during 2 month 15 day from date of 3 January - 15 March 2008.

Result of variable Research representing factor of which deal with medication efficacy that is supporter expense with the value p = 0,02, and compliance medicinize with the value p = 0,03, while complement factor representing supporter factor. Where worker knowledge categorized by soybean cake of equal to 76% and health facility categorized adequate equal to 68%.

Pursuant to the research result suggestied to party of Local government of so that region which is far from health medium and in area which transportation band is not fluent enhanced by a health medium. Others to support the medication efficacy needed by a family support so that patient own the high compliance in taking medicine. Despitefully, so that medication conducted by more effective, suggesting to health worker so that using inspection DDR in laboratory of while health medium which do not own the laboratory of so that performed by training and education for commisioned worker in the health medium.

Bibliography ( 28, 2000-2007)

Keyword : Malaria, Efficacy of Malaria Medication

A. Pendahuluan

Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan adalah penyakit malaria. Dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria (Ndoen, 2006).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko tertular (Sampri, 2007).

Kecamatan Sampaga yang merupakan tempat puskesmas Tarailu berada terdapat 224 kasus pada tahun 2004 mengalami peningkatan kasus sebesar 560 kasus pada tahun 2005 dan terus meningkat sampai akhir tahun 2006 yaitu sebesar 741 kasus (Data DinKes, BPS Kab. Mamuju, 2006). Pada tahun 2007 data kasus malaria yang dilaporkan yaitu sebesar 800 kasus

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan malaria serta gambaran faktor yang menunjang keberhasilan pengobatan malaria di Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju.

B. Bahan dan Metode

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Tarailu merupakan salah satu Unit pelayanan kesehatan masyarakat yang terletak di Kec. Sampaga dengan Status Rawat Inap, yang berada dalam naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. Puskesmas Tarailu Merupakan salah satu Puskesmas Plus Perawatan yang ada di Kab. Mamuju. Puskemas ini mewadahi 5 PUSTU yang tersebar di 6 desa yang termasuk wilayah kerjanya yaitu Pustu Bunde yang terletak 4 Km dari Puskesmas Tarailu dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan dua, Pustu Sempaga terletak 3 Km dari Puskesmas Tarailu dapat dilalui kendaraan roda empat dan dua, Pustu Salubara’na terletak 12 Km dari Puskesmas Tarailu dan dapat dilalui roda empat dan dua, Pustu Tanam Buah terletak 9 Km roda empat dan dua dan Pustu Kalonding terletak 14 Km dari Puskesmas Tarailu dan hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua.

Populasi dan Sampel:

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria yang tercatat dan dilaporkan di Puskesmas Tarailu dari bulan Juni – Desember tahun 2007 sebanyak 325 orang dan petugas kesehatan yang menangani penderita malaria sebanyak 25 orang.

Sedangkan yang menjadi sampel adalah penderita malaria yang mengikuti program pengobatan gratis yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Tarailu yang dianggap mampu memberikan informasi/keterangan dengan benar tentang variabel yang diteliti dan telah diketahui menderita malaria berdasarkan diagnosa klinik dan hasil pemeriksaan DDR di laboratorium Puskesmas Tarailu Kec. Sampaga Kab. Mamuju yang terpilih sesuai kriteria dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Kriteria sampel adalah sebagai berikut :

  1. Pasien dalam keadaan sadar
  2. Pasien yang berumur > 15 Tahun ( remaja dan orang dewasa ).

Pengumpulan data

1. Data Primer, yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan yang telah tersedia) sebagai instrumen. Hal-hal yang dianggap penting dan tidak tercantum dalam daftar pertanyaan dimasukkan kedalam blok catatan lapangan.

2. Data Sekunder, dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian seperti Dinas Kesehatan Kab. Mamuju, BPS dan Puskesmas tempat meneliti.

Jenis Variabel

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan pengobatan malaria sementara variabel bebas adalah variabel biaya penunjang, kepatuhan minum obat, fasilitas kesehatan dan pengetahuan petugas. Adapun defenisi dan kriteria masing masing variabel disajikan sebagai berikut :

1. Biaya Penunjang adalah biaya yang dikeluarkan oleh penderita selama menjalani pengobatan malaria yang meliputi biaya transportasi (jika menggunakan kendaraan umum), biaya makan (jika pasien di rawat inap) dan biaya obat (jika pasien menderita komplikasi penyakit lain selain malaria). Ada Bila penderita tidak memiliki biaya untuk menunjang pengobatan, tidak bila tidak sama dengan kriteria ada.

2. Kepatuhan minum obat adalah kepatuhan penderita dalam menjalankan pengobatan (minum obat) sesuai dengan dosis/aturan yang diberikan. Patuh bila penderita menjalankan pengobatan sesuai dengan dosis/aturan yang diberikan, tidak patuh bila tidak sama dengan kriteria patuh.

3. Fasilitas kesehatan Adalah adanya alat bantu untuk mendiagnosa dan menunjang pengobatan penyakit malaria. Memadai bila ada alat bantu untuk mendiagnosa dan menunjang pengobatan malaria, tidak memadai bila tidak sama dengan kriteria memadai.

4. Pengetahuan petugas kesehatan adalah kemampuan tenaga kesehatan dalam memahami, mendiagnosa dan memberikan dosis pengobatan yang tepat terhadap penderita penyakit malaria. Indikator yang dinilai adalah kemampuan tenaga kesehatan untuk mendiagnosa dan memberikan dosis pengobatan secara cepat dan tepat. Tahu bila Bila tenaga kesehatan memahami, mendiagnosa dan memberikan dosis pengobatan secara tepat terhadap penderita penyakit malaria, tidak tahu bila tidak sama dengan kriteria tahu.

Analisis data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat yaitu analisis distribusi frekuensi dan persentase tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian; dan analisis bivariat yaitu analisis variabel dependen dan independen dengan tabulasi silang (crosstab) disertai dengan uji hipotesis melalui uji Chi Square. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0).

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Penderita Malaria

Berdasarkan hasil penelitian dari 176 responden , pada umumnya berumur 23-30 tahun (29,5%), responden laki-laki lebih banyak (56,8%) dibandingkan dengan perempuan (43,2%), dilihat dari pekerjaan responden yang terbanyak adalah petani (38,1%), dan berdasarkan desa tempat tinggal (alamat) responden yang terbanyak berasal dari Desa Tarailu (22,7%)

b. Petugas Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden , pada umumnya berumur 20-25 tahun (48%), responden perempuan lebih banyak (72%) dibandingkan dengan laki-laki (28%), dilihat dari tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SMK Keperawatan (32%), pekerjaan responden yang terbanyak adalah perawat (52%).

2. Deskripsi Variabel Yang Diteliti

Tahap ini dilakukan analisis distribusi frekuensi persentase variabel penelitian yaitu variabel independen meliputi biaya penunjang (biaya transportasi dan biaya makan), kepatuhan minum obat, fasilitas kesehatan (ketersediaan laboratorium dan mikroskop), pengetahuan petugas kesehatan. Dan variabel dependen meliputi keberhasilan pengobatan malaria.

Tabel 1

Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel

n

%

Biaya Penunjang :

Ada

Tidak Ada

144

32

81,8

18,2

Jumlah

176

100

Kepatuhan Minum Obat :

Patuh

Tidak Patuh

159

17

90,3

9,7

Jumlah

176

100

Fasilitas Kesehatan :

Memadai

Tidak Memadai

17

8

68

32

Jumlah

25

100

Pengetahuan Petugas Kesehatan :

Tahu

Tidak Tahu

19

6

76

24

Jumlah

25

100

Keberhasilan Pengobatan Malaria :

Berhasil

Tidak Berhasil

89

87

50,6

49,4

Jumlah

176

100

Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas. Ini dapat dilihat dari tingkat persentasenya yaitu sebesar 81,8 % yang berarti puskesmas tetap menjadi pilhan utama dalam pemilihan tempat pengobatan dan sebagian responden tetap menyediakan biaya agar dapat menjangkau Puskesmas (biaya transportasi) atau mendapatkan perawatan yang intensif dengn rawat inap yang tentu harus mengeluarkan biaya lebih untuk itu (biaya transportasi dan biaya makan) walaupun biaya penunjang untuk pengobatan mahal. Sedangkan yang tidak memiliki yaitu sebesar 18,2 % dengan alasan biaya mahal atau mereka tidak memiliki penghasilan. Dari Tabel di atas juga diperoleh informasi bahwa terdapat 159 orang atau 90,3% responden yang patuh minum obat selama menderita malaria. Ini berarti sebagian responden sadar bahwa jika mereka patuh minum obat maka penyembuhan yang optimal akan mudah diraih. Sedangkan terdapat 17 orang responden atau 9,7% yang tidak patuh minum obat. Dapat dilihat pula bahwa 68% responden mengatakan fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tarailu memadai. Sedangkan 32% responden mengatakan fasilitas kesehatan tidak memadai karena sebagian responden adalah petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas Pembantu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tarailu. memberikan informasi bahwa pengetahuan petugas kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tarailu yang dikategorikan ”tahu” sebanyak 76% responden. Sedangkan pengetahuan petugas kesehatan yang dikategorikan ”tidak tahu” sebanyak 24% responden, maka tabel 9 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pengobatan malaria. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa 50,6% responden yang menjalani pengobatan malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarailu sembuh dibawah atau sama dengan 3 hari atau dapat dikatakan pengobatannya berhasil. Sedangkan 49,4% responden penderita penyakit malaria sembuh setelah lebih dari 3 hari menjalani pengobatan malaria atau pengobatannya tidak berhasil.

3. Analisis Variabel Analitik

Tabel 2

Hubungan Biaya Penunjang dengan Keberhasilan Pengobatan Malaria

di Wilayah Kerja Puskesmas Tarailu Kecamatan Sampaga

Tahun 2008

Biaya

Penunjang

Keberhasilan Pengobatan

Jumlah

(p)


Berhasil

Tidak

Berhasil


n

%

n

%

n

%

p = 0,02

Ada

Tidak Ada

79

10

54,9

31,3

65

22

45,1

68,7

144

32

100

100

Jumlah

89

50,6

87

49,4

176

100











Sumber : Data Primer, 2008

Tabel 2 memperlihatkan hubungan biaya penunjang dengan keberhasilan pengobatan malaria. Dimana terlihat bahwa responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh di bawah atau sama dengan 3 hari sebanyak 54,9%. Responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 45,1%. Sedangkan yang tidak punya biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh di bawah atau sama dengan 3 hari sebanyak 31,3% serta yang tidak punya biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 68,7%.

Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas, sedangkan ketidakberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang tidak memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas. Hal tersebut disebabkan karena sebagian responden menganggap biaya untuk berobat ke puskesmas mahal karena sebagian responden tidak memiliki penghasilan walaupun pengobatan di puskesmas gratis tetapi responden harus mengeluarkan biaya transportasi dan biaya makan (jika di rawat inap).

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,02, karena p <>

Interpretasi : Ada hubungan biaya penunjang dengan keberhasilan pengobatan malaria.

Tabel 3

Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Keberhasilan

Pengobatan Malaria di Wilayah KerjaPuskesmas Tarailu

Kecamatan Sampaga Tahun 2008

Kepatuhan

Minum Obat

Keberhasilan Pengobatan

Jumlah

(p)

Berhasil

Tidak Berhasil

n

%

n

%

n

%

Patuh

Tidak Patuh

85

4

53,5

23,5

74

13

46,5

76,5

159

17

100

100

p= 0,03

Total

89

50,6

87

49,4

176

100

Sumber : Data Primer, 2008

Tabel 3 memperlihatkan hubungan kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan malaria. Dimana terlihat bahwa responden yang ”patuh” minum obat dan sembuh di bawah atau sama dengan 3 hari sebanyak 53,5%. Responden yang ”patuh” minum obat dan sembuh lebih dari 3 hari 46,5%. Sedangkan responden yang ”tidak patuh” minum obat dan sembuh di bawah atau sama dengan 3 hari 23,5% serta yang ”tidak patuh” dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 76,5%.

Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang patuh minum obat Ini berarti sebagian responden sadar bahwa jika mereka patuh minum obat maka penyembuhan yang optimal akan mudah diraih, sedangkan ketidakberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang ”tidak patuh” minum obat. Hal ini disebabkan karena responden tidak suka dengan rasa pahit obat malaria dan efek samping yang ditimbulkan yaitu mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung. Sebagian responden merasa telah sembuh sehingga mereka menggagap tidak usah lagi meminum obat dan diberikan ke orang lain yang menderita.

Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,03, karena p < style=""> ditolak dan Ha diterima.

Interpretasi : Ada hubungan kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan malaria.

4. Pembahasan

Tarif Pengobatan malaria di puskesmas bukanlah menjadi masalah karena pengobatan malaria di puskesmas seperti pada Puskesmas Tarailu melalui program pemerintah dibebaskan dari biaya. Seringkali permasalahan bukan pada tarif pelayanannya tetapi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi ke tempat pelayanan kesehatannya. Sehingga perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk berobat dengan biaya transportasi lebih besar biaya transportasinya karena jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatannya jauh ditambah lagi dengan biaya rawat inap (biaya makan) jika penderita memang harus di rawat inap. Apalagi mengingat kondisi geografis dan demografis wilayah kerja Puskesmas Tarailu yang semakin menyulitkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa akses ke puskesmas baik bagi mereka yang tinggal dalam jarak sampai puluhan kilometer dari puskesmas. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terlihat bahwa responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh di bawah atau 3 hari sebanyak 54,9 %. Responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 45,1%. Sedangkan yang tidak punya biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh di bawah atau 3 hari sebanyak 31,3% serta yang tidak punya biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 68,7%. Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas, sedangkan ketidakberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang tidak memiliki biaya penunjang untuk berobat ke puskesmas. Responden mengatakan bahwa biaya berobat bukan merupakan penghambat untuk berobat ke puskesmas karena tidak dipungut biaya, yang lebih utama adalah kemauan berobat untuk kesembuhan penyakit malaria ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Musril, dkk (2007) dengan judul ”Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat miskin di Puskesmas Simpang Pandan Yogyakarta. Sebagian besar responden mempunyai hambatan untuk mengakses pelayanan kesehatan karena faktor jarak, alat transportasi, atau hambatan geografis. Hubungan antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan jangkauan ke puskesmas menunjukkan angka signifikan yaitu p<0,05.>

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tarailu di temukan bahwa responden yang patuh minum obat dan sembuh di bawah atau 3 hari sebanyak 53,5%. Responden yang patuh minum obat dan sembuh lebih dari tiga hari 46,5%. Sedangkan responden yang tidak patuh minum obat dan sembuh di bawah atau 3 hari 23,5% serta yang tidak patuh dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 76,5%. Alasan responden tidak patuh dalam minum obat ini umumnya disebabkan karena tidak suka dengan rasa pahit obat malaria dan adanya efek samping karena minum obat malaria. Dalam kasus lain, secara psikologis, mereka merasa takut minum sekaligus obat yang dimilikinya karena selain mendapat obat malaria, penderita juga biasanya mendapat tambahan obat seperti vitamin atau obat lain. Selain itu, penderita mengeluhkan rasa obat malaria yang dianggapnya terlalu pahit. Jadi, ketidakpatuhan ini terjadi karena menganggap obat malaria rasanya pahit, memiliki efek samping dan masih rendahnya pengetahuan tentang bahaya penyakit malaria. Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang patuh minum obat, sedangkan ketidakberhasilan pengobatan malaria mayoritas pada responden yang tidak patuh minum obat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martha (2003) dengan judul ”Penilaian kegagalan pengobatan klorokuin terhadap malaria Falciparum tanpa komplikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Tombatu Kab. Minahasa Provinsi Sulawesi Utara” dimana faktor risiko kegagalan pengobatan salah satunya terjadi karena kepatuhan minum obat oleh penderita malaria dengan nilai OR=22,69; 95%CI=5,91<95,60. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegagalan pengobatan klorokuin terhadap malaria falciparum tanpa komplikasi dapat terjadi di Kecamatan Tombatu disebabkan karena ketidak patuhan minum obat oleh penderita malaria.

Dasar dari pengobatan yang akurat adalah adanya dukungan laboratorium yang berfungsi dengan baik. Keterbatasan fasilitas kesehatan seperti fasilitas pemeriksaan hapusan darah malaria mengakibatkan pengobatan malaria sebagian besar berdasarkan diagnosis klinis. Diperkirakan kurang lebih separuh dari kasus malaria di indonesia yang dilaporkan hanya di diagnosa berdasarkan gejala klinik tanpa dukungan konfirmasi laboratorium. Ini berpengaruh terhadap ketidaktepatan diagnosa dan pengobatan yang tidak memadai. Di luar Pulau Jawa dan Bali, rujukan kasus malaria berat menjadi sulit akibat keterbatasan infrastruktur fasilitas kesehatan (Laporan perkembangan pencapaian tujuan pembangunan millenium Indonesia, 2004). Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan sosial yang penting bagi masyarakat. Namun demikian, puskesmas memiliki permasalahan dalam penyediaannya karena sering terjadi ketidaksesuaian antara sediaan yang dilakukan oleh pemerintah dengan permintaannya dari masyarakat. Hasil dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tarailu diperoleh data bahwa mayoritas responden dimana sebesar 68% mengatakan Puskesmas tempat mereka bekerja memiliki fasilitas kesehatan memadai. Sedangkan 32% mengatakan Puskesmas tempat mereka bekerja memiliki fasilitas kesehatan tidak memadai. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Paramita Rahayu dalam tesisnya yang berjudul “Studi perbandingan optimasi distribusi spesial fasilitas kesehatan Puskesmas: studi kasus Kotamadya Semarang, suatu usulan” yang mengambil Kotamadya DT II Semarang sebagai studi kasus, yaitu tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan masyarakat dalam pencarian pengobatan. Hal ini secara tidak langsung dapat berdampak terhadap keberhasilan pengobatan.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui dan mampu diingat oleh setiap individu setelah ia mendengar, mengalami, menyaksikan dan mengamati sejak lahir hingga dewasa. Pengetahuan sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menerima informasi termasuk informasi tentang kesehatan. Hasil dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas menyatakan bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan malaria yaitu sebesar 76%. Pengetahuan petugas yang cukup tentunya dapat menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pengobatan karena berpengaruh terhadap ketepatan diagnosis dan pemberian dosis yang tepat. Sedangkan petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengobatan malaria yaitu sebesar 24%. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Pribadi, dkk (1997) bahwa pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan sendiri yang tidak adekuat baik dosis maupun cara pemberiannya yang kurang tepat, akan membuat pengobatan malaria menjadi tidak efektif dan tidak rasional. Keadaan ini juga cenderung meningkatkan resistensi P. falciparum terhadap obat anti-malaria.

D. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara biaya penunjang yaitu biaya transportasi dan biaya makan (jika dirawat inap) dengan keberhasilan pengobatan malaria.

2. Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan malaria.

3. Mayoritas responden (petugas kesehatan) mengatakan puskesmas tempat mereka bekerja memiliki fasilitas kesehatan yang memadai yaitu sebesar 68%.

4. Mayoritas responden (petugas kesehatan) memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan penyakit malaria yaitu sebesar 76%.

Saran

1. Disarankan kepada pemerintah setempat melalui Dinas Kesehatan, pada wilayah yang jauh dari sarana kesehatan dan transportasi tidak lancar diadakan penambahan sarana kesehatan sehingga masyarakat tidak mengeluarkan biaya penunjang seperti biaya transport untuk menjangkau sarana kesehatan.

2. Petugas P2 malaria Puskesmas beserta timnya bekerjasama dengan masyarakat, yaitu salah satunya petugas kesehatan, masyarakat dan keluarga penderita dilibatkan secara langsung dalam proses pengobatan untuk menghindari pemakaian obat secara tidak teratur. Disamping itu, memberikan pengertian kepada penderita malaria, tentang pentingnya pengobatan dalam upaya pemberantasan malaria dan dampak yang dihadapi bila pengobatan dilakukan tidak sesuai dengan aturan. selain itu petugas dan masyarakat harus lebih ketat lagi memantau pelaksanaan pengobatan malaria di wilayahnya agar pengobatan dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian, kejadian resistensi plasmodium terhadap obat anti-malaria dapat dihindari.

3. Walaupun tidak semua puskesmas memiliki fasilitas kesehatan memadai (memiliki laboratorium), ada baiknya pemeriksaan malaria dilakukan dengan menggunakan tes lab yaitu pemeriksaan DDR untuk lebih memastikan bahwa penderita positif dinyatakan menderita malaria. Karena dengan fasilitas kesehatan yang memadai akan membantu dalam penegakan diagnosis malaria dan mempermudah dalam pemberian obat yang tepat.

4. Sebaiknya diadakan pelatihan dan pendidikan untuk petugas kesehatan yang ada khususnya bagi petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas pembantu yang tidak ditunjang dengan sarana laboratorium.

E. Ucapan Terima Kasih

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis dalam kelancaran proses penelitian. Karya ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hamzah Sula dan Ibunda Hj.Maria Rande. Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku tercinta (dr. Acci, Ipha dan Saddam) dan almarhum adikku Wawan terima kasih atas dukungan dan semangatnya.atas atas doa, dukungan, dan semangat yang tak ternilai, Kepada Bapak Prof. Dr. A. Arsunan A, M.Kes, bapak Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes dan bapak Dr. drg. A. Zulkifli A., MS dalam bimbingan dan masukannya untuk penyelesaian artikel ini. Kepada Bapak Bupati Mamuju, Camat Sampaga, Kepala Desa Bunde, Desa Tarailu, Desa Sampaga, Desa Salubara’na, Desa Tanam Buah dan Desa Kalonding, dan seluruh petugas kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Tarailu atas izin yang diberikan selama penelitian. Teman-teman angkatan 2004, teman-teman Himapid, teman-teman Magang Epidemiologi Lokasi RSUD Pangkep terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya. Zaldy Alqadri, yang telah memberi banyak semangat, percaya dan kesabaran selama ini.

F. Daftar Pustaka

Arsunan, Arsin A. 2004. Hasil Penelitian : Risiko Genetik pada Kejadian Malaria di Daerah Kepulauan Kab. Pangkajene Prop. Sulawesi Selatan. Makassar.

Arum, dkk, 2006. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi Diperbandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis. http:/www.journal.unair.ac.id Diakses 25 September 2007.

Amirullah, Astuti. 2004. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Alliritengae Kec. Turikale Kab. Maros. Tidak Dipublikasikan.

Emiliana, Tjitra. 2002. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran.

Harijanto, P.N. 2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan. Jakarta. EGC.

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit Dan Vektor Malaria Di Indonesia. http://library.usu.ac.id. Diakses 26 September 2007

Hardjo Prawira, dkk. 2002. Komparasi Efikasi Antara Kombinasi Klorokuin-Primakuin, Sulfadoksin-Pirimetamin, dan Doksisiklin-Kina. http://www.tempo.co.id. Diakses 26 September 2007

Kanang, Hariyati. 2004. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas Pengobatan Malaria di puskesmas Batauga kabupaten Buton Tahun 2004. http://www.skripsi-tesis.com. Diakses 12 februari 2008

Kaseke, Martha Marie. 2003. Penilaian Kegagalan Pengobatan Klorokuin Terhadap Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.

Kristiani, Musril. 2007. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Masyarakat Miskin di Puskesmas Simpang Pandan. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.

Mansjoer, Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga. Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.

Mukhlis. 2002. Faktor Yang Berhubungan Dengan Efektifitas Pengobatan Penyakit Malaria di Kabupaten Majene Tahun 2001. Tesis Tidak di Terbitkan. Makassar : Program Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin.

Ndoen, Ermi ML, 2006. Malaria, Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad. http://kesehatanlingkungan.wordpress.com. Diakses 25 September 2007.

Notoatmodjo, Soekidjo Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Prabowo, Arland dr. 2004. Malaria Mencegah & Mengatasinya. Jakarta. Puspa Swara.

Profil Kabupaten Mamuju Tahun 2006. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Mamuju. 2006. Mamuju.

Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005. Mamuju.

Profil Kesehatan Puskesmas Tarailu 2004. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2005. Mamuju.

Profil Kesehatan Puskesmas Tarailu 2006. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2007. Mamuju.

Rahayu, Paramitha, 2001. Studi perbandingan optimasi distribusi spesial fasilitas kesehatan Puskesmas: studi kasus Kotamadya Semarang, suatu usulan. gdl-lib@litbang.depkes.go.id. Diakses 12 februari 2008.

Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003. 2004. Departemen Kesehatan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Sampri, Peter, 2007. Malaria. www.petersampricom.blogspot.com. Diakses 25 September 2007.

Surahmawati. 2004. Studi Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mangasa Kota Makassar Tahun 2004. Skripsi Tidak di Terbitkan. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

Sutanto, Inge. 2005. Berbagai Tantangan Dalam Diagnosis dan Pengobatan Malaria Pada Permulaan Abad 21. Dalam Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. Yayasan Penerbitan IDI.

Tunny, Azis.2006. Mendulang Uang di Kota, Daerah Pedalaman Krisis Dokter. http://www.fkmcpr.nl. Diakses 10 Desember 2007.

Yatim, Faisal, dr. 2007. Jilid 2. Macam-macam Penyakit Menular & Pencegahannya. Jakarta. Pustaka Obor Populer.

Zein, Umar. 2003. Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. http://Library.usu.ac.id Diakses 10 Desember 2007